Banyak orang yang menyatakan tujuannya
hidup didunia adala kebahagiaan! Siapa sih yang tidak
menginginkannya?Semua orang yang masih disebut waras”atau semua orang
yang bernyawa dan memiliki rohani yang sehat pasti akan meng-iya-kan
kalau ditanya apakah mereka ingin bahagia setidaknya mendekati
kebahagiaan.Kebahagiaan menjadi tujuan hampir semua orang dalam
menjalankan hidup didunia ini.
Bahkan ada yang berani mengatakan dengan
lantang, Kenapa saya dilahirkan? Untuk mengejar dan mencapai
kebahagiaan. Demi mencapai kebahagiaanlah yang memungkinkan orang tetap
bertahan untuk hidup, bahkan sekalipun di tengah penderitaan seperti
terkena musibah atau menderita sakit.Masalahnya, kebahagiaan semakin
dikejar ternyata bukannya semakin mendekat tetapi malah semakin
menjauh.Kebahagiaan ibarat cakrawala, kita tidak pernah dapat sampai
pada tepinya sekalipun, ketika mencoba mengejarnya dan berusaha
menggapainya.Kalau begitu dimanakah letak salahnya? Apakah bahagia itu.
sesuatu yang semukah ? Bila begitu, mengapa semua orang mendambakannya?
Kalau semua orang setuju ada kebahagiaan, bukankah itu suatu afirmasi
akan adanya kebahagiaan?
Letak permasalahannya ternyata justru pada
sasarannya. Kalau kita meletakkan kebahagiaan sebagai sasaran/tujuan
tingkah laku dari semua usaha kita, maka hampir dapat dipastikan semua
usaha tersebut akan menjadi
sia-sia. Pengalaman dan penelitian
menunjukkan, justru kebahagiaan itu dicapai saat seseorang sedang
berjalan pada tujuan hidupnya yang sejati. Jadi, ketika orang tidak
menjadikan kebahagiaan sebagai sasaran/tujuan tingkah lakunya, tetapi
justru pada sesuatu yang lain misalnya ide, cita cita, visi dan
mengabdikan diri pada sesuatu di luar dirinya, maka peluang untuk
mendapatkan dan mengalami kebahagiaan justru menjadi besar.
Kebahagiaan: Happiness vs Well Being
Kebabaglaan sering kali dimaknai sebagai
happiness,yang memiliki akar kata yang sama dengan happening
(kejadian). Sering kali orang meletakkan kebahagiaannya pada sesuatu di
luar dirinya, pada kejadian yang dialaminya yang menyebabkannya bisa
menjadi berbahagia. Inilah masalah dan krisis manusia modern:
mengganggap kebahaglaan sebagai suatu kejadian atau yang harus
diupayakan dengan menciptakan kejadian atau peristiwa yang memampukan
mereka untuk berbahagia. Lalu diciptakanlah ritual – ritual modern
yang memungkinkan manusia untuk berbahagia: peristiwa pernikahan,
ritual ulang tahun (entah usia, perkawinan atau pun lainnya), atau
perayaan tahun baru. yang baru saja kita lewati dan serangkaian ritual
lainnya. Tujuannya supaya manusia bisa memperoleh kebahagiaan melalui
ritual tersebut. Memang, untuk sesaat kita mungkin bisa berbahagia atau
bahkan sangat bahagia, namun nampaknya kebahagiaan tersebut tidak
bertahan lama. Sebentar kemudian dia lenyap.
Kita menjadi kehilangan dan mendorong kita
untuk menciptakan ritual lainnya supaya bisa mendapatkan pengalaman
bahagia itu kembali. Lalu manusia menjadi pecandu berbagai ritual
semacam itu. Mall, night club, pesta -pesta dan hiburan lainnya menjadi
kegiatan pokok untuk mendapatkan kebahagiaan. Inilah sumber persoalan
manusia modern.
Kebahagiaan juga bisa dimaknai sebagai
well being, yaitu keadaan meng-ada yang baik. Ini memiliki makna yang
mendalam, karena kebahagiaan dalam pengertian ini tidaklah disebabkan
dari sesuatu di luar diri manusia, tetapi berasal dari dalam diri
mereka, melalui cara keber-ada-annya. Kalau cara ber-adanya baik, maka
bahagialah dia, namun kalau dia memiliki situasi meng-ada yang tidak
baik, maka apapun yangdilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan akan
menjadi sia – sia.
Lalu bagaimana kita bisa memiliki keadaan
meng-ada yang baik? Sebenarnya agama-agama telah memiliki kebijakan
yang sangat kuno berkaitan dengan hal tersebut. Agama-agama besar pada
dasarnya berisi hikmat untuk mencapai keadaan baik sehingga
memungkinkan manusia untuk berbahagia, sehingga kalau sampai mereka
matipun, mereka akan mati dalam keadaan bahagia. Meskipun sebagian
ajaran agama-agama tersebut sering kali berisi hal-hal yang hanya
isapan jempol dan tidak mendasar, sehingga kita pun harus mengkritisi
ajaran yang diterima, tidak menerima begitu saja. Hidup sesuai
dengan etika seperti menjaga kejujuran,memiliki rasa keadilan, bersikap
terbuka dan berbuat kebajikan, mencintai keindahan dan mengusahakan
perdamaian adalah inti dari berbagai ajaran agama besar. Kalau itu
menjadi sasaran/tujuan kehidupan kita dan tingkah laku kita diarahkan
untuk mewujudkan hal hal tersebut, maka kita akan mendapatkan
kebahagiaan sebagai hasil sampingannya (Meskipun dalam realitanya.
sering kali manusia yang berjuang ke arah tersebut secara de facto
nampaknya menderita).
Bahagia dan Sehat
Menarik, akar kata, bahagia (well)
ternyata sama dengan whole dan health dalam bahasa Inggris, Jadi kalau
boleh disimpulkan, bahagia itu sama dengan baik dan juga sama dengan
sehat! Kebahagiaan dengan demikian sama dengan kebaikan,dan kesehatan.
Lebih menarik lagi, meskipun dalam bahasa mereka telah ditunjukkan
kesamaan tersebut, namun orang Barat itu sendiri baru mengetahui
hubungan antara kebahagiaan dengan kesehatan baru-baru ini saja. (Kalau
orang Timur sebenarnya sudah tahu sejak lama, namun karena kita
terialu tergiur dengansegala yang berbau Barat, kita pun menjadi tidak
menyadarinya lagi).
Penelitian – penelitian menunjukkan bahwa
orang -orang yang bahagia memiliki umur rata-rata yang lebih panjang,
frekuensi sakit yang lebih jarang dan kesehatan secara keseluruhan yang
lebih balk dibanding mereka yang menyatakan diri sebagai kurang
bahagia.Sekarang ini bahkan telah diakui kekuatan penyembuhan dari
kondisi bahagia itu sendiri. Berbagai penyakit (kanker khususnya) yang
telah dilaporkan memilikiharapan tipis untuk disembuhkan, bisa sembuh
dengan tiba-tiba maupun pelan-pelan, ketika orang yang bersangkutan
memutuskan dan mempraktekkan hidup bahagia. Penelitian-penelitian di
bidang ini masih terus berlangsung dan menjadi salah satu harapan
yang penting ketika dunia medis terasa mulai mencapai batasnya. Nah,
sebagai penutup, kalau kita sudah mengetahui kaitan kebahagiaan dengan
bagaimana sebaiknya kita harus hidup dan kesehatan, masihkah kita
menghidupi cara kita seperti sekarang ini, mengejar kebahagiaan sesaat
dan semakin membuat tipis peluang untuk mendapatkan kebahagiaan sejati ?
|
0 komentar:
Posting Komentar